Dua Mata Pisau Tajam: Literasi Keuangan dan Daya Beli Gen Z
Risiko individu bisa menjadi bumerang atau peluang untuk tumbuh lebih luas.
Hallo! Apa kabar kenkawan? Semoga dalam keadaan sehat selalu, ya!
Btw, artikel ini adalah versi bahasa indonesia dari artikel yang terakhir aku publish. Boleh klik link ini ya kalau mau baca versi English-nya ya!
Enjoy!
Aku dan temanku jarang membicarakan situasi keuangan kami, biasanya kalimat seperti "Hidupku biasa-biasa saja saat ini," atau bahkan tanpa percakapan apapun, kami secara tidak tersirat tidak mau membicarakan topik keuangan. Asumsiku adalah budaya tempat kami dibesarkan tidak terlalu membiasakan percakapan tentang keuangan. Mungkin untuk tujuan moral seperti menjaga perasaan beberapa pihak. Sampai hari ini, aku sangat penasaran, apa yang akan terjadi jika lingkaranku mulai membicarakan topik keuangan dengan terbuka satu sama lain. Apakah itu akan meningkatkan tingkat kepercayaan di antara kami atau menjadi bumerang karena ego dan harga diri?
Selama debat calon presiden bulan Februari lalu, salah satu calon mengatakan akan menciptakan ratusan lapangan kerja dan berjanji untuk meningkatkan produktivitas tempat kerja dengan memaksimalkan teknologi, yaitu internet di visi dan misi mereka. Aku tidak terkejut dengan janji ini, karena siapapun di pemilihaan pemimpin, bisa membuat janji yang sama kepada masyarakat. Janji ini akan membawa pertumbuhan ekonomi kepada negara apabila dilakukan dengan serius. Walaupun peningkatannya tidak terlalu signifikan, tetapi di beberapa negara, peningkatan 1% di GDP berkaitan dengan peningkatan 0,6% di dunia kerja. Tentu saja, ini bukan hal yang secara langsung terjadi di masyarakat, perlu proses dan kehati-hatian pemerintah dalam membuat kebijakan terhadap ketenagakerjaan.
Lalu, gimana kira-kira jumlah tenaga kerja di Indonesia?
Menurut BPS, total angkatan kerja pada Februari 2023 mencapai 146,62 juta orang. Ada peningkatan partisipasi angkatan kerja sebesar 0,24%. Namun, jumlah penduduk yang bekerja mencapai 138,63 juta orang, jumlahnya meningkat sebesar 2,2%. Angka ini bisa menjadi milestone bagi pemerintah, akan tetapi disparitas pendapatan yang dialami Gen Z adalah hal yang cukup penting untuk dibahas. Pendapatan bulanan yang rendah dapat menyebabkan daya beli yang lebih rendah yang secara tidak langsung berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. Peningkatan daya beli atau purchasing power akan memengaruhi peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB).
Sebagian besar pengeluaran Gen Z Indonesia adalah kebutuhan dasar, kesehatan, pengembangan diri, dan hiburan. Tapi, apakah pendapatan mereka cukup untuk memenuhi semua kebutuhan ini? Berdasarkan laporan IDN Media, sebanyak 65% Gen Z memiliki pengeluaran dibawah 4.000.000 per bulan, hampir 49% memiliki pengeluaran di range 1.250.001 hingga 4.000.000 juta satu bulan. Jumlah ini sesuai dengan upah minimum regional di berbagai provinsi di Indonesia.
Aku melakukan survey lewat Instagram untuk mencari tahu lebih banyak terkait pertanyaan ini.Ternyata, 77,5% mengatakan mereka merasa percaya diri dengan pendapatan mereka saat ini dan mampu memenuhi kebutuhan dasar. Ini juga menunjukkan kemampuan daya beli mereka yang cukup baik. Tapi, apakah mereka masih bisa menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka? Hampir 83% responden mengatakan bahwa mereka mampu mengelola keuangan mereka dan menabung untuk masa depan mereka yang tentunya bertentangan dengan pernyataan, "Gen Z membeli segala sesuatu, tapi tidak memiliki apa-apa."
Menurut Bloomberg, kekuatan daya beli Gen Z di Indonesia hampir mencapai $360 miliar dibandingkan dengan $143 miliar dalam rentang waktu hanya 4 tahun. Salah satu asumsi dari angka besar ini adalah fitur "Beli Sekarang Bayar Nanti (BNPL)." Berdasarkan survey yang kulakukan, 61% mengatakan bahwa mereka selalu mempertimbangkan setiap pembelian dengan hati-hati dan 94% mempertimbangkan untuk menabung sekarang kemudian membeli nanti daripada membeli sekarang, dan membayar nanti. Kelihatannya, mereka memiliki kendali yang cukup baik atas keuangan mereka dan memiliki perencanaan keuangan yang lebih baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa Gen Z memprioritaskan stabilitas keuangan. Mereka juga lebih berhati-hati untuk tidak terjebak dalam kepuasan instan dari pembelian.
Pertanyaan selanjutnya, apakah cukup dengan pendapatan satu pekerjaan atau mencari pekerjaan tambahan? Kebanyakan jawabannya adalah mencari pekerjaan tambahan. Berdasarkan surveiku, 62% mengatakan bahwa mereka tetap mencari peluang untuk meningkatkan pendapatan mereka dan hal ini senada dengan laporan IDN Media. Hal ini menggambarkan pandangan Gen Z terhadap keuangan mereka, mulai dari pengelolaan keuangan hingga pembelian impulsif. Mereka memiliki perencanaan keuangan yang baik dan selalu mencari cara untuk meningkatkan ekonomi mereka. Kesadaran tinggi mereka tentang literasi keuangan dapat mengurangi ketidaksetaraan sosial. Temuan ini benar-benar memperluas pengetahuanku tentang cara pandang Gen Z terhadap keuangan. Meskipun topik keuangan terasa canggung untuk dibicarakan dalam lingkaran saya, setidaknya aku yakin kalau mereka pasti mencari cara untuk meningkatkan literasi keuangan mereka.
Lalu, bagaimana dengan misi calon presiden untuk meningkatkan lapangan kerja di masyarakat? Aku sangat setuju dan mendukung misi ini untuk diperjuangkan, tetapi seseorang harus menemukan kebutuhan dari setiap generasi karena setiap generasi memiliki perjuangannya sendiri ketika berbicara tentang ekonomi, risiko individu bisa menjadi bumerang atau peluang untuk tumbuh lebih luas.
Source:ย
Indonesia, B. P. S. (2023, May 5). Februari 2023: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,45 persen dan Rata-rata upah buruh sebesar 2,94 juta rupiah per bulan. Badan Pusat Statistik Indonesia. [Link]ย
Stone, S. (2024, January 29). What makes them buy: The Gen Z spending habits to know in 2023. The Shelf Full-Service Influencer Marketing. [Link]
Molenaar, K. (2023, October 18). 29 Statistics on Gen Z spending habits you should know in 2023. Influencer Marketing Hub. [Link]
https://cdn.idntimes.com/content-documents/indonesia-gen-z-report-2022.pdfย
Purchasing Power Parities โ putting a global public good to work in socioeconomic analyses. (n.d.). [Link]ย
Well, youโve reached the end of the story today.
If you find this article interesting, please share this with your best friends, your partner, or other important person in your life. Thank you.